Fiction Story

Blog ini hanya berisikan tulisan saya, cerpen, dan puisi. Kalo mau yang lain, berkunjung sama yang lebih ahli deh :)

Ketika Pintu Surga Tertutup Rapat

Sebagai seorang anak, kami merasa terlalu membebani ibu dalam melakoni panggung dunia ini. Tapi entah kenapa walaupun sakit di dalam hati, mereka tak pernah luput dari senyuman yang selalu memanjakan diri kami. Ibu tak pernah lelah memberikan semangat dan kasih sayang kepada kami dalam menjunjung ilmu.

Tapi diantara kami masih terdapat beberapa yang mungkin belum bisa mengerti dengan perasaan seorang ibu, tutur kata yang selalu mereka (anak) lontarkan terkadang seperti mengiris iris hati seorang ibu. Entah apa yang ada di pikirannya, ibu selalu saja tidak bisa mem
balas apa yang mereka perbuat. Seolah olah pribahasa yang mengatakan "Air susu di balas air tuba" tidak berpengaruh kepada ibu.

Ibu, layaknya seorang nahkoda di dalam hati yang menuntun kami ke jalan yang benar. Kami benar benar sedih ketika membayangkan tak ada yang bisa kami perbuat untuk membalas jasa-jasa mereka. Setiap melihat kegigihan seorang ibu dalam memperjuangka anak nya, air mata ini tak henti-hentinya berlinang. Bahkan tak pernah terbayangkan ketika mata mereka tertutup nanti, tubuh yang terbujur kaku dibalut dengan senyuman pucat.

Hanya penyesalan lah yang tersisa bagi mereka yang tak sempat meminta maaf karena dosa-dosa yang tak terhitung sampai kita beranjak kini. Kita tak akan pernah lagi mendengar nasihatnya, suruhan-suruhannya, bahkan doa-doa yang di tujukan kepada kita.

Dan pada saat itu hanya sebuah foto yang akan selalu kita lihat dan di pegang tanpa bisa lagi merasakan hangat nya hati seorang ibu.

Ibu, maafkanlah kami yang tak bisa membalas jasa-jasamu. Dari sini, kami akan terus berjuang seorang diri demi menggapai impian kami. Kami hanya bisa mendoakamu.

Terima kasih Ibu.


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.