LINstory -
Saat dunia mulai terkecoh dengan sandiwara mahluknya, aku masih tetap disini dengan pendirian yang tegar. Kefanaan dunia ini sudah terlihat begitu jelas ketika angin membawa semua bersamanya. Rerumputan hijau yang ditiup seakan tertawa terbahak-bahak dikala aku dirundung rasa gelisah, bunga yang ku rawat hampir setiap hari pun layu karena tak sanggup melawan waktu. Aura kesedihan terus bergejolak tatkala arang yang dibakar terus menerus sampai menjadi abu. Genggaman tangan ini semakin melemah, tak ada setetes air yang memberikan kehidupan nyata. Sungai yang selama ini kukagumi perlahan mulai surut. Entah itu karena hujan yang tak kunjung turun atau terlalu besarnya muara yang dilewati sampai-sampai ranting-ranting yang hanyut tak sempat berlabuh.
Gurauan hewan di sekitarku terkadang membuatku seperti lampu yang akan putus, mati dan kemudian hidup kembali berharap ada keajaiban yang datang menolong. Disaat asa ku mulai padam, angin datang dengan sesukanya menghujam kehampaan ini, ia dengan seenaknya memporak-porandakan hati yang awalnya kupercaya mampu terus bertahan dengan keadaan yang terpuruk. Tak jarang kegelapan lah yag lebih mengerti tentang buruknya dunia ini, bersandar di belakangku, seolah olah ingin menceritakan bahwa ia tak seperti yang orang pikirkan. Ia mengajari bagaimana cara bertahan hidup dan mendewasakan aku dengan ucapan-ucapan bijak nya.
Begitu juga dengan bintang yang selama ini kupercaya mampu memberikan celotehannya, sekarang tak mampu lagi berdiri tegak mendampingi malam. Aku kecewa, kesal, bahkan hampir meninggalkan tempat itu. Tapi sesekali aku melihat bayangan yang mengindahkan dirimu yang mengubah cara pandangku. Aku tak tahu sampai kapan bayangan itu akan melekat dan terus mempengaruhiku. Aku yang hanya manusia lemah, tak bisa apa-apa menghadapi takdir Tuhan.